Senin, 15 November 2010

Warung Soto Daging Serengan

Banyak orang jualan Soto dengan cita rasa yang berbeda-beda. Nah, Soto daging Serengan ini memiliki rasa yang khas. Cara memasaknya di kuali dengan kayu bakar. Hebatnya, hanya dalam waktu singkat langsung ludes.

Suatu malam di Jln. Veteran, Serengan, Solo (Jateng), tampak sebuah warung Soto disesaki pembeli. Sepuluh kursi panjang dan delapan kursi plastik sudah penuh terisi orang yang makan dengan nikmat. Kendati demikian, masih banyak pelanggan rela menunggu sampai pembeli selesai makan. Padahal warung yang terletak sekitar 3 km dari Kraton Solo itu sederhana saja. Sebagian pembeli makan beratapkan tenda plastik dan yang lain cukup beratap langit.

Tampaknya pembeli Soto daging di bawah pohon besar itu berasal dari berbagai kalangan. Hal ini terlihat dari kendaraan yang diparkir. Mulai dari sepeda onthel sampai mobil mewah. Para pembeli tak kehilangan selera makan meski debu jalanan kadang terbang ketika ada kendaraan lewat. Apa, sih, keistimewaan cita rasa Soto itu? "Soto di sini segar. Enak dimakan selagi masih panas. Bisa menyembuhkan masuk angin, lho" ujar Sugeng Santoso, pelanggan yang sedang makan.

Bisa jadi ungkapan Sugeng ingin menegaskan lezatnya Soto yang disantapnya. Apalagi ditemani lauk yang mengundang selera. Di atas meja tersedia paru goreng, daging goreng, hati ayam, kikil sapi, babat, telur pindang yang berwarna cokelat yang mengkilat. Lebih klop lagi, Soto dimakan dengan krupuk karak. Sementara itu, sang pemilik warung Keman Kasno Mulyono (57) dan tiga putrinya, sibuk menghidangkan mangkuk-mangkuk Soto yang dipesan pembeli. Kadang mereka memotong lauk yang dipesan pembeli.

KLIK - Detail "Saya sudah 30 tahun lebih jualan Soto. Sebelumnya saya gonta-ganti pekerjaan. Pernah jual es keliling, kemudian jadi pedagang asongan yang menjajakan koran dan majalah. Karena waktu itu gambarnya porno, saya sering dikejar-kejar polisi," kenang Keman.

Merasa tak aman, Keman pun berganti pekerjaan menjadi kondektur bus jurusan Solo-Semarang. Ketika menjadi kondektur bus, Keman berkenalan dengan Ngatmi yang jualan dawet di terminal Solo. Setelah kenal selama empat tahun mereka menikah. "Kalau orang dulu, kan, tidak pakai macam-macam. Mau menikah ya langsung saja," ujar Keman mengenang cerita perkawinannya. (nostalgia.tabloidnova.com)

Lihat juga :
Hanamasa
Steak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar