Ice cream would be anyone's favorite foods, especially children. However, these foods secretly created many problems for some audience. For example, there are people who become ill head as she felt the cold sensation of ice cream. There is also a throat so sore after eating ice cream. Or, still remember when your mother forbids you to eat ice cream and say, "Do not eat ice was yes, you're more cough?"
Is it true that ice cream is the cause of it all? What are the phenomena caused by ice cream?
Headache and sore throat
An issue of Harvard Women's Health Watch in 2009 had explained that cold temperatures cause blood pressure to shrink, and quickly enlarged again. Nearby pain receptors will then trigger the trigeminal nerve as pain signals. One way to restore the pain is to arch the tongue, then pressed on the palate. Or, eat it slowly.
When you are finished coughing after eating ice cream (or other cold drinks), this is likely to be caused by changes in temperature caused. As a result, the airways become irritated. Another possibility, because dairy products typically affect Lius water, and this can cause a thick mucus, which can irritate the back of the throat. That's when you feel like coughing.
However, the opposite of what you think, according to pediatricians ice cream it can reduce pain in the throat. However, it should be known in advance, if sore throat is caused by a viral infection, or bacterial infection? If the cause is viral infection, the pain will go away by itself. While if the cause is bacterial infection, you need antibiotics to cure it.
Well, according to Russell Steele, MD, professor and vice chairman of the Department of Pediatrics at Louisiana State University School of Medicine, New Orleans, if you're experiencing is inflammation due to viral infection, ice cream works better than any food to relieve the pain.
Often, sore throat occurs because your immune system is disturbed. At a time like this, you need to eat foods that are freshly cooked, nutritious food that will give you the strength to fight the infection. You also need to avoid foods that can irritate the throat, like chocolate or candy (when swallowed). Likewise, acidic foods like lemon juice, cranberry juice, or pickled cucumbers. Sometimes, spicy foods are also useful, thanks to his capcaisin content. However, its effect on every person is different. You may be less suited to spicy food.
The recommended food is soft, like chicken soup, and of course ice cream earlier. Lucinda Halstead, MD, assistant professor in the Department of Otolaryngology and Communicative Sciences at the Medical University of South Carolina in Charleston, suggested to mute the first ice cream at room temperature several minutes before serving.
"Anything that is too cold, can be uncomfortable when swallowed," he said. Except, if you or your child can tolerate the cold.
Source: Shine-kesehatan.kompas.com
See also:
Dim Sum
bukan dim sum
Kamis, 02 Desember 2010
Rabu, 01 Desember 2010
Restoran dengan Menu Rumahan Ala Jepang
Inilah menu rumahan ala Jepang: semangkuk nasi organik dan lauknya berupa hidangan okazu atau ikan laut semacam makarel, salmon, atau tuna yang dipanggang atau digoreng dengan bumbu saus miso, dashi, atau kecap Jepang.
Untuk pelengkapnya, ada asinan, sup, dan sayuran. Atau bisa juga dicoba hidangan serupa dengan ikan makarel panggang yang disajikan dengan parutan lobak Jepang.
Lho, kok hidangan itu tak berbeda dengan hidangan rumahan Indonesia, ya? Apa kabar Sushi, sashimi, dan sukiyaki khas Jepang yang mendunia itu? Nanti dulu, ada cerita menarik dari Restoran Ootoya, tempat makanan rumahan ala Negeri Sakura ini dihidangkan.
"Memang masakan rumahan orang Jepang sebenarnya tak jauh berbeda dengan masakan Indonesia. Kebanyakan hidangan ikan hanya dibedakan oleh bumbu dan jenis ikannya," kata Shienny Lie, Manajer Operasional Rumah Makan Ootoya, di Plaza Indonesia, Kamis pekan lalu.
Set hidangan okazu ini, menurut Shienny, merupakan masakan rumahan paling umum di seluruh kepulauan Jepang. Sementara tak semua orang Jepang menyantap sushi, sashimi, atau sukiyaki setiap hari.
"Sushi, sashimi, dan sukiyaki adalah menu khusus yang dimakan orang Jepang pada waktu tertentu," kata Shienny. Sushi dan sashimi umumnya dihidangkan pada jamuan makan malam resmi. Sedangkan sukiyaki adalah masakan yang dinikmati pada hari terdingin dalam setahun di negara empat musim itu.
Selain okazu, hidangan mi (men-rui) sering dikonsumsi dalam keseharian masyarakat Jepang. Salah satunya Miso Nikumi Udon. Untuk menu ini, Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menjelaskan cara pembuatannya.
"Udon dimasak dengan menggunakan dua macam pasta miso. Kemudian direbus dengan caisim, shitake, ayam panggang, daun bawang, wortel, tahu, sawi putih, dan dihiasi dengan telur setengah matang di atasnya," katanya. Rasanya, hmm... khas mi Jepang dengan kuah manis-asam.
Ada pula masakan bergaya donburi (satu mangkuk nasi dengan topping sayur dan lauk). Chicken Katsu Tojidon disediakan dalam mangkuk nasi dengan ayam goreng tepung yang disiram dengan campuran saus, bawang bombai, dan telur. Di antara semua menu yang Tempo coba, menu yang mirip nasi goreng ini tampaknya bakal paling cocok bagi lidah orang Indonesia.
Hidangan nabe (kukusan) dan yaki (panggang dan goreng) seperti tersedia. Menurut Shienny, bangsa Jepang menyantap makanan yang relatif sederhana dalam kesehariannya. "Tapi disiapkan secara cermat dari sisi gizi atau jumlah kalori makanan. Ini yang jadi keunggulan masakan Jepang," kata dia.
Rumah Makan Ootoya didirikan oleh Mitsumori Eiichi di Stasiun Subway Ikebukuro, Tokyo, pada 1958. Franchise ini telah berkembang menjadi 250 outlet yang tersebar di Asia tahun ini, tiga di antaranya di Indonesia, berlokasi di Senayan City, Pacific Place Mall, dan Plaza Indonesia.
Meskipun Ootoya merupakan rumah makan franchise, penyajiannya berbeda dengan rumah makan franchise lainnya. "Masakan baru dimasak setelah dipesan, made to order. Jadi masakan akan tetap segar ketika dihidangkan," kata Shienny.
Baru-baru ini, Ootoya juga menyediakan menu sushi dan sashimi untuk pelanggannya. "Sushi dan sashimi bukan menu harian orang Jepang. Tapi, karena banyaknya permintaan, kami menyediakan menu ini," kata Shienny. Soal harga, Rumah Makan Ootoya mematok banderol makanan mereka Rp 30-70 ribu. | AMANDRA MUSTIKA MEGARANI
Sushi Vs Sashimi
Keistimewaan sushi serta sashimi terletak pada teknik memotong dan kesegaran ikannya. Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menunjukkan demo memasak sushi dan sashimi dalam media gathering pekan lalu.
"Perbedaan antara sushi dan sashimi terletak pada nasi. Sushi selalu dipasangkan dengan nasi, sementara sashimi dapat langsung dinikmati dengan cuka atau wasabi," kata Ikeda dalam bahasa Indonesia yang cukup fasih.
Perbedaan lainnya terletak pada tebalnya potongan ikan. "Untuk sashimi, potongannya berjarak 50 milimeter, sementara sushi tak lebih dari 5 milimeter." Ootoya menyediakan sashimi dan kaisendon (seafood mix) yang dihidangkan bersama wasabi, cuka, dan saus.
Ada berbagai jenis sushi. Ootoya menyediakan sushi jenis nigiri dan maki. Nigirizushi adalah potongan daging sushi yang ditempelkan di atas ikan. Adapun makizushi dibuat dengan cara menggulung daging sushi dan nasi dengan bantuan rumput laut kering (nori) serta tikar bambu.
Daging sushi dan sashimi bermacam-macam: dari udang, tuna, cumi, salmon, bawal mutiara, sampai gurita. "Khusus untuk gurita, tidak boleh dimakan mentah. Harus matang benar," kata Ikeda. Kalau tak matang, daging gurita--yang konon bermanfaat untuk membuat pria perkasa--bisa membuat tubuh gatal-gatal. | AMANDRA MM
Sumber : tempointeraktif.com
Lihat juga:
Sate
Steak
Untuk pelengkapnya, ada asinan, sup, dan sayuran. Atau bisa juga dicoba hidangan serupa dengan ikan makarel panggang yang disajikan dengan parutan lobak Jepang.
Lho, kok hidangan itu tak berbeda dengan hidangan rumahan Indonesia, ya? Apa kabar Sushi, sashimi, dan sukiyaki khas Jepang yang mendunia itu? Nanti dulu, ada cerita menarik dari Restoran Ootoya, tempat makanan rumahan ala Negeri Sakura ini dihidangkan.
"Memang masakan rumahan orang Jepang sebenarnya tak jauh berbeda dengan masakan Indonesia. Kebanyakan hidangan ikan hanya dibedakan oleh bumbu dan jenis ikannya," kata Shienny Lie, Manajer Operasional Rumah Makan Ootoya, di Plaza Indonesia, Kamis pekan lalu.
Set hidangan okazu ini, menurut Shienny, merupakan masakan rumahan paling umum di seluruh kepulauan Jepang. Sementara tak semua orang Jepang menyantap sushi, sashimi, atau sukiyaki setiap hari.
"Sushi, sashimi, dan sukiyaki adalah menu khusus yang dimakan orang Jepang pada waktu tertentu," kata Shienny. Sushi dan sashimi umumnya dihidangkan pada jamuan makan malam resmi. Sedangkan sukiyaki adalah masakan yang dinikmati pada hari terdingin dalam setahun di negara empat musim itu.
Selain okazu, hidangan mi (men-rui) sering dikonsumsi dalam keseharian masyarakat Jepang. Salah satunya Miso Nikumi Udon. Untuk menu ini, Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menjelaskan cara pembuatannya.
"Udon dimasak dengan menggunakan dua macam pasta miso. Kemudian direbus dengan caisim, shitake, ayam panggang, daun bawang, wortel, tahu, sawi putih, dan dihiasi dengan telur setengah matang di atasnya," katanya. Rasanya, hmm... khas mi Jepang dengan kuah manis-asam.
Ada pula masakan bergaya donburi (satu mangkuk nasi dengan topping sayur dan lauk). Chicken Katsu Tojidon disediakan dalam mangkuk nasi dengan ayam goreng tepung yang disiram dengan campuran saus, bawang bombai, dan telur. Di antara semua menu yang Tempo coba, menu yang mirip nasi goreng ini tampaknya bakal paling cocok bagi lidah orang Indonesia.
Hidangan nabe (kukusan) dan yaki (panggang dan goreng) seperti tersedia. Menurut Shienny, bangsa Jepang menyantap makanan yang relatif sederhana dalam kesehariannya. "Tapi disiapkan secara cermat dari sisi gizi atau jumlah kalori makanan. Ini yang jadi keunggulan masakan Jepang," kata dia.
Rumah Makan Ootoya didirikan oleh Mitsumori Eiichi di Stasiun Subway Ikebukuro, Tokyo, pada 1958. Franchise ini telah berkembang menjadi 250 outlet yang tersebar di Asia tahun ini, tiga di antaranya di Indonesia, berlokasi di Senayan City, Pacific Place Mall, dan Plaza Indonesia.
Meskipun Ootoya merupakan rumah makan franchise, penyajiannya berbeda dengan rumah makan franchise lainnya. "Masakan baru dimasak setelah dipesan, made to order. Jadi masakan akan tetap segar ketika dihidangkan," kata Shienny.
Baru-baru ini, Ootoya juga menyediakan menu sushi dan sashimi untuk pelanggannya. "Sushi dan sashimi bukan menu harian orang Jepang. Tapi, karena banyaknya permintaan, kami menyediakan menu ini," kata Shienny. Soal harga, Rumah Makan Ootoya mematok banderol makanan mereka Rp 30-70 ribu. | AMANDRA MUSTIKA MEGARANI
Sushi Vs Sashimi
Keistimewaan sushi serta sashimi terletak pada teknik memotong dan kesegaran ikannya. Toyokazu Ikeda, chef kepala di Rumah Makan Ootoya, menunjukkan demo memasak sushi dan sashimi dalam media gathering pekan lalu.
"Perbedaan antara sushi dan sashimi terletak pada nasi. Sushi selalu dipasangkan dengan nasi, sementara sashimi dapat langsung dinikmati dengan cuka atau wasabi," kata Ikeda dalam bahasa Indonesia yang cukup fasih.
Perbedaan lainnya terletak pada tebalnya potongan ikan. "Untuk sashimi, potongannya berjarak 50 milimeter, sementara sushi tak lebih dari 5 milimeter." Ootoya menyediakan sashimi dan kaisendon (seafood mix) yang dihidangkan bersama wasabi, cuka, dan saus.
Ada berbagai jenis sushi. Ootoya menyediakan sushi jenis nigiri dan maki. Nigirizushi adalah potongan daging sushi yang ditempelkan di atas ikan. Adapun makizushi dibuat dengan cara menggulung daging sushi dan nasi dengan bantuan rumput laut kering (nori) serta tikar bambu.
Daging sushi dan sashimi bermacam-macam: dari udang, tuna, cumi, salmon, bawal mutiara, sampai gurita. "Khusus untuk gurita, tidak boleh dimakan mentah. Harus matang benar," kata Ikeda. Kalau tak matang, daging gurita--yang konon bermanfaat untuk membuat pria perkasa--bisa membuat tubuh gatal-gatal. | AMANDRA MM
Sumber : tempointeraktif.com
Lihat juga:
Sate
Steak
Soto with Goose Meat
Soto is a lot of foods preferred by the public. Many variations of the soup, like beef soup or chicken soup, but whether you ever tried to goose meat soup. Looks like the goose soup should be a menu alternative, at the time of fasting and later when widths. Creators goose soup, Chef Budi Prasetyo said the company deliberately chose to alternatives because of goose meat, rarely used as a cooking ingredient.
"If the meat is cooked and is felt no less tasty with chicken." Budi said which is also the Head Chef in the hotel Lor ins. Budi added, to make the necessary soto goose flesh goose which weighed between 1.5 to 1.7 kg. "With between 4-5 months old goose," he said when met in the kitchen Timlo.net Lor In. As for the marinade itself is very easy to obtain, such as tomatoes, celery, green onion.
How to cook the goose soup is quite easy, after the swan goose cleaned boiled for 4-5 hours on a medium heat. The texture of the meat is different so it takes some time. While waiting for meat to cook, prepare supplementary materials such as diamond, salted egg, berkedel, crackers, orange juice, and green sauce.
Budi added, goose soup menu is prepared to welcome Eid this year. "I purposely avoid a food that uses coconut milk." Budi said. In the meantime, can you taste the soup in Sasono Budjono a price of Rp 65 thousand per serving, or maybe you want to make yourself at home by adding other creations. Please try.
Source: Henderson / Timlo.net
See also:
Dim Sum
Sour Sally
"If the meat is cooked and is felt no less tasty with chicken." Budi said which is also the Head Chef in the hotel Lor ins. Budi added, to make the necessary soto goose flesh goose which weighed between 1.5 to 1.7 kg. "With between 4-5 months old goose," he said when met in the kitchen Timlo.net Lor In. As for the marinade itself is very easy to obtain, such as tomatoes, celery, green onion.
How to cook the goose soup is quite easy, after the swan goose cleaned boiled for 4-5 hours on a medium heat. The texture of the meat is different so it takes some time. While waiting for meat to cook, prepare supplementary materials such as diamond, salted egg, berkedel, crackers, orange juice, and green sauce.
Budi added, goose soup menu is prepared to welcome Eid this year. "I purposely avoid a food that uses coconut milk." Budi said. In the meantime, can you taste the soup in Sasono Budjono a price of Rp 65 thousand per serving, or maybe you want to make yourself at home by adding other creations. Please try.
Source: Henderson / Timlo.net
See also:
Dim Sum
Sour Sally
Wine Glass Shape
Apparently, each type of Wine glass shape on their own. A good wine is distinguished from the taste, odor and physical appearance when it played in the glass. All this of course will be supported by proper selection of glasses. In fact there are few wines that can show feeling best only when they are presented in the proper glass.
Wine glass has three main components:
Primary (base): is a major supporter of the glass, and maintain the upright position.
Stem (stem): where you hold the glass so it will not move to the Wine your body heat and also prevent you from leaving marks on the surface of the glass.
Body (body): a place that caters to all taste the drink served.
All wine glasses are designed for wine can be enjoyed in a way that fits. The design of these glasses are not made haphazardly. In general, there are four types of wine glasses are often used, although in special cases this rule can be slightly changed.
Red Wine Glasses
Shape glass for red wine is more rounded than other wine glasses. Stems are also smaller because a lot of people who tend to hold the body while enjoying a glass of this beverage. Glass body parts are also made more broadly so that the wine will be more in contact with air so that makes it to emit a bold aroma and flavor. The complex flavor of red wine becomes softer when in contact with air.
White Wine Glasses
Glass for white wine has a sleek shape with a long stem. This glass body shape resembling the letter U, so that the aroma channeled appropriately and Wine are set to stay cold for a long time. The slim shape will cause people to hold the glass rod, so that white wine is very sensitive to temperature will not be disturbed by body heat peminumnya.
Wine glass white lips form this will distribute wine to the sides and front of the mouth, so that the sweet taste of white wine will actually stroked peminumnya tongue. Variants of this white wine glass a lot, because it depends on the sense of Wine, which is presented. Kerenyahan, Wine age young or old, even the power of white wine will affect the type of glass.
Glass of sparkling wine
Glasses for similar types of sparkling white wine glasses. The difference is, his body a little longer. Forms like this will help when the wine is poured, and hold carbonation in the wine to stay awake as much as possible. Long stalks used for reducing the contact with the body because the type of sparkling wine, like champagne, is very sensitive to changes in temperature or heat the body of the drinker.
Wine glass dessert
Known also as an aperitif glass (alcohol trigger appetite). Usually used to present the port, sherry, liquers and various other types aperitif. Wine is the standard size is 120 ml, the goal is to form a body that is small enough so that the wine will be sent to the rear of the oral cavity, and the sweetness of this dessert wine will not turn off taste in the mouth of peminumnya. Wine of this type typically have a high alcohol content, so the small cups will be perfect for the presentation of dessert wine.
Source: Ade Jayadireja-SendokGarpu.com
See also:
Burger King
Sour Sally
Wine glass has three main components:
Primary (base): is a major supporter of the glass, and maintain the upright position.
Stem (stem): where you hold the glass so it will not move to the Wine your body heat and also prevent you from leaving marks on the surface of the glass.
Body (body): a place that caters to all taste the drink served.
All wine glasses are designed for wine can be enjoyed in a way that fits. The design of these glasses are not made haphazardly. In general, there are four types of wine glasses are often used, although in special cases this rule can be slightly changed.
Red Wine Glasses
Shape glass for red wine is more rounded than other wine glasses. Stems are also smaller because a lot of people who tend to hold the body while enjoying a glass of this beverage. Glass body parts are also made more broadly so that the wine will be more in contact with air so that makes it to emit a bold aroma and flavor. The complex flavor of red wine becomes softer when in contact with air.
White Wine Glasses
Glass for white wine has a sleek shape with a long stem. This glass body shape resembling the letter U, so that the aroma channeled appropriately and Wine are set to stay cold for a long time. The slim shape will cause people to hold the glass rod, so that white wine is very sensitive to temperature will not be disturbed by body heat peminumnya.
Wine glass white lips form this will distribute wine to the sides and front of the mouth, so that the sweet taste of white wine will actually stroked peminumnya tongue. Variants of this white wine glass a lot, because it depends on the sense of Wine, which is presented. Kerenyahan, Wine age young or old, even the power of white wine will affect the type of glass.
Glass of sparkling wine
Glasses for similar types of sparkling white wine glasses. The difference is, his body a little longer. Forms like this will help when the wine is poured, and hold carbonation in the wine to stay awake as much as possible. Long stalks used for reducing the contact with the body because the type of sparkling wine, like champagne, is very sensitive to changes in temperature or heat the body of the drinker.
Wine glass dessert
Known also as an aperitif glass (alcohol trigger appetite). Usually used to present the port, sherry, liquers and various other types aperitif. Wine is the standard size is 120 ml, the goal is to form a body that is small enough so that the wine will be sent to the rear of the oral cavity, and the sweetness of this dessert wine will not turn off taste in the mouth of peminumnya. Wine of this type typically have a high alcohol content, so the small cups will be perfect for the presentation of dessert wine.
Source: Ade Jayadireja-SendokGarpu.com
See also:
Burger King
Sour Sally
Selasa, 30 November 2010
Kelezatan Steak dan Saus Mangga
Mungkin Tenderloin Steak biasa jadi menu andalan di restoran, cafe atau hotel. Biasanya tenderloin steak disajikan dengan saus barbeque, mushroom atau black pepper. Lalu bagaimana ya rasanya jika Tenderloin Steak disajikan dengan Mango Sauce atau Saus Mangga?
Sensasi rasa manis segar itulah sepertinya yang coba disuguhkan Hotel Savoy Homann dengan menu andalan terbarunya Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce.
"Sekarang kan lagi musim mangga, jadi kita memanfaatkan bahan yang sedang banyak tersedia untuk dikreasikan dalam menu yang ada," ujar Chef Yayan Suryana.
Mangga yang digunakan adalah jenis Mangga Arum Manis yang rasanya menurut Yayan bisa masuk kemanapun. "Mangga Arum Manis taste-nya masuk kemana saja," tuturnya.
Untuk membuat Manggo Sauce yang segar itu, Yayan memblender Mangga lalu menambahkan krim dan susu kemudian dipanaskan sambil menambahkan butter. Ditambahkannya butter disebut Yayan untuk membuat saus lebih mengkilat dan menggoda lidah.
Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce ini disajikan bersama Vegetable Timbale, yang terdiri kentang, wortel dan brokoli yang telah dihancurkan dan diolah. Kemudian disusun dalam tumpukan sehingga hasilnya berwarna-warni.
"Biasanya teman steak itu kentang, kali ini diganti dengan Vegetable timbali dari beberap sayuran," jelas Yayan yang telah berpengalaman menjadi chef selama 32 tahun itu.
Satu porsi Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce terdiri dari sekitar 180 gram daging has dalam pilihan yang telah diolah dengan bumbu dan dipanggang di grill. Tak lupa, Rainbow Paprika dan Chesee Stick ikut mempercantik menu ini.
Main course seharga Rp 50.000 ini sangat cocok untuk menu dinner Anda. Selamat mencicipi sensasi rasa Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce!(tya/avi)
Sumber : Tya Eka Yulianti - detikBandung
Lihat juga:
Dim Sum
Sensasi rasa manis segar itulah sepertinya yang coba disuguhkan Hotel Savoy Homann dengan menu andalan terbarunya Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce.
"Sekarang kan lagi musim mangga, jadi kita memanfaatkan bahan yang sedang banyak tersedia untuk dikreasikan dalam menu yang ada," ujar Chef Yayan Suryana.
Mangga yang digunakan adalah jenis Mangga Arum Manis yang rasanya menurut Yayan bisa masuk kemanapun. "Mangga Arum Manis taste-nya masuk kemana saja," tuturnya.
Untuk membuat Manggo Sauce yang segar itu, Yayan memblender Mangga lalu menambahkan krim dan susu kemudian dipanaskan sambil menambahkan butter. Ditambahkannya butter disebut Yayan untuk membuat saus lebih mengkilat dan menggoda lidah.
Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce ini disajikan bersama Vegetable Timbale, yang terdiri kentang, wortel dan brokoli yang telah dihancurkan dan diolah. Kemudian disusun dalam tumpukan sehingga hasilnya berwarna-warni.
"Biasanya teman steak itu kentang, kali ini diganti dengan Vegetable timbali dari beberap sayuran," jelas Yayan yang telah berpengalaman menjadi chef selama 32 tahun itu.
Satu porsi Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce terdiri dari sekitar 180 gram daging has dalam pilihan yang telah diolah dengan bumbu dan dipanggang di grill. Tak lupa, Rainbow Paprika dan Chesee Stick ikut mempercantik menu ini.
Main course seharga Rp 50.000 ini sangat cocok untuk menu dinner Anda. Selamat mencicipi sensasi rasa Pan Grill Tenderloin Steak with Mango Sauce!(tya/avi)
Sumber : Tya Eka Yulianti - detikBandung
Lihat juga:
Dim Sum
Enaknya Soto Umar
Salah satu yang layak Anda coba adalah Soto Betawi Umar Idris. Tak sulit menemui kedai yang satu ini. Dari perempatan Slipi, kedai ini ada di sebelah kanan, sekitar 100 meter jauhnya dari Hotel Santika.
Pasti ketemu, soalnya spanduk berwarna hijau ngejreng bertuliskan nama kedai ini tampak mentereng. Jadi, jangan khawatir Anda akan salah masuk ke warung betawi lainnya.
Sebagaimana layaknya kedai, penampilannya memang sederhana. Persis seperti kedai betawi kebanyakan, tidak ada ornamen yang mencolok. Yang ada adalah jajaran enam meja makan panjang yang masing-masing dikelilingi enam kursi.
Memang, tak ada juga pelayan yang menyambut. Jadi, kalau ke sini, pengunjung langsung menyerbu meja yang ada di pojok kedai. Di situ terhampar aneka gorengan: daging sapi, jeroan, babat, juga paru.
Selesai memilih, pelayan dengan sigap akan memotong-motong isi soto pilihan. Beres dengan aksinya, sejurus kemudian, pelayan akan menyiram isi soto dengan kuah putih yang panas. Ditambah dengan bawang goreng, daun seledri, emping, serta perasan jeruk limau.
Wah..., aroma soto langsung menguar tajam menusuk seluruh saraf perasa, membuat pembeli tak sabar ingin segera menyantapnya.
Tidak seperti kebanyakan soto betawi, Soto Umar Idris nihil potongan-potongan kentang dan tomat, lo. Bahkan, kuah juga tak terlalu pekat. “Ini yang membedakan kami dengan warung betawi kebanyakan,” ujar Budi Hanurawanto, anak Umar Idris yang menjadi penerus usaha. Maklum, meski mengusung nama soto betawi, keluarga Umar sejatinya asli Tegal. Walhasil, “Kami memang memadukan rasa betawi dengan tegal,” ujar Budi.
Meski begitu, rasa boleh diadu. Kuah yang encer tidak mengurangi rasa gurih yang tertinggal di rongga mulut. Paduan santan dan susu dalam takaran yang pas malah membuat kuah tidak berasa enek.
Kenikmatan makin lengkap saat mengunyah potongan daging. Empuk dan gurih! Sebagai pelengkap rasa, Anda bisa menambah keripik tempe atau perkedel yang tersedia di meja makan. Renyah keripik tempe akan membuat Anda tak berhenti menggoyang lidah untuk menandaskan semangkok soto dan sepiring nasi putih.
Jika tak suka mengudap daging sapi maupun jeroannya, Anda bisa menjumput daging ayam berikut ati ampela sebagai pilihan pengganti. Suwiran daging ayamnya juga empuk dan gurih. Tak kalah dengan potongan daging.
* Buka dari pagi sampai pagi lagi
Saban hari, kedai ini buka resmi mulai jam 8 pagi. Budi nyaris membuka kedai sepanjang hari. Dia baru tutup warung saat pagi menjemput, atau sekitar jam 4 pagi pada keesokan harinya. Makanya, ayah dua anak ini menerapkan sistem kerja shift alias bergantian bagi 7 karyawannya. “Separo masuk pagi sampai sore. Sisanya malam sampai pagi,” beber Budi.
Namun, jam paling sibuk kedai adalah saat makan siang, yakni mulai jam 11.00 sampai 14.00 siang. Banyak karyawan di sekitar Slipi, Petamburan, dan Tanah Abang menyerbu kedainya. Sementara, saat malam menjelang atau jam 19.00 sampai 20.00, kedai juga ramai. “Banyak karyawan mampir sebelum pulang,” cetus Budi.
Saat malam sampai dini hari, kedai menjadi langganan orang-orang yang suka melek sampai menjelang subuh.
Budi tak khawatir bakal kekurangan pasokan daging atau jeroan yang menjadi andalan dagangannya. Pemasok di bilangan Tanah Abang siap memenuhi kebutuhan kedai. “Bahan dijamin fresh dan pilihan, lo,” ujar dia berpromosi.
Hantaman krisis nyatanya ikut dirasakan Budi. “Ada penurunan pengunjung sekitar 30%,” ujar Budi yang tak mau menyebutkan jumlah pengunjung. Yang pasti, sepanjang hari, Budi menandaskan daging sapi sampai 30 kg. Omzet harian yang masuk ke kantong Budi sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Kalau dipotong dengan ongkos produksi Rp 2,5 juta per hari, uang masuk ke kantong Budi tinggal Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. “Itu belum termasuk untuk gaji karyawan, lo,” ujar Budi buru-buru.
Mungilnya omzet lantaran banderolan harga menu di kedai ini tergolong murah. Sepotong daging dengan ukuran dua jempol jari Rp 2.000. Pun begitu dengan jeroan. Satu paket lengkap dengan nasi hanya seharga Rp 13.000.
Sayangnya, dengan waktu buka tak terbatas, Budi hanya menyediakan satu menu: soto betawi. Minumannya pun tak banyak pilihan. Hanya ada teh dan jeruk. Toh, kedai ini telah bertahan sampai 40 tahun!
ALAMAT 'SOTO UMAR IDRIS':
Jl. KS Tubun 15 B Jakarta Pusat
Ph: 021 - 5367982
Sumber : umar idris-weekend.kontan.co.id
Lihat juga:
Wine
Sate
Pasti ketemu, soalnya spanduk berwarna hijau ngejreng bertuliskan nama kedai ini tampak mentereng. Jadi, jangan khawatir Anda akan salah masuk ke warung betawi lainnya.
Sebagaimana layaknya kedai, penampilannya memang sederhana. Persis seperti kedai betawi kebanyakan, tidak ada ornamen yang mencolok. Yang ada adalah jajaran enam meja makan panjang yang masing-masing dikelilingi enam kursi.
Memang, tak ada juga pelayan yang menyambut. Jadi, kalau ke sini, pengunjung langsung menyerbu meja yang ada di pojok kedai. Di situ terhampar aneka gorengan: daging sapi, jeroan, babat, juga paru.
Selesai memilih, pelayan dengan sigap akan memotong-motong isi soto pilihan. Beres dengan aksinya, sejurus kemudian, pelayan akan menyiram isi soto dengan kuah putih yang panas. Ditambah dengan bawang goreng, daun seledri, emping, serta perasan jeruk limau.
Wah..., aroma soto langsung menguar tajam menusuk seluruh saraf perasa, membuat pembeli tak sabar ingin segera menyantapnya.
Tidak seperti kebanyakan soto betawi, Soto Umar Idris nihil potongan-potongan kentang dan tomat, lo. Bahkan, kuah juga tak terlalu pekat. “Ini yang membedakan kami dengan warung betawi kebanyakan,” ujar Budi Hanurawanto, anak Umar Idris yang menjadi penerus usaha. Maklum, meski mengusung nama soto betawi, keluarga Umar sejatinya asli Tegal. Walhasil, “Kami memang memadukan rasa betawi dengan tegal,” ujar Budi.
Meski begitu, rasa boleh diadu. Kuah yang encer tidak mengurangi rasa gurih yang tertinggal di rongga mulut. Paduan santan dan susu dalam takaran yang pas malah membuat kuah tidak berasa enek.
Kenikmatan makin lengkap saat mengunyah potongan daging. Empuk dan gurih! Sebagai pelengkap rasa, Anda bisa menambah keripik tempe atau perkedel yang tersedia di meja makan. Renyah keripik tempe akan membuat Anda tak berhenti menggoyang lidah untuk menandaskan semangkok soto dan sepiring nasi putih.
Jika tak suka mengudap daging sapi maupun jeroannya, Anda bisa menjumput daging ayam berikut ati ampela sebagai pilihan pengganti. Suwiran daging ayamnya juga empuk dan gurih. Tak kalah dengan potongan daging.
* Buka dari pagi sampai pagi lagi
Saban hari, kedai ini buka resmi mulai jam 8 pagi. Budi nyaris membuka kedai sepanjang hari. Dia baru tutup warung saat pagi menjemput, atau sekitar jam 4 pagi pada keesokan harinya. Makanya, ayah dua anak ini menerapkan sistem kerja shift alias bergantian bagi 7 karyawannya. “Separo masuk pagi sampai sore. Sisanya malam sampai pagi,” beber Budi.
Namun, jam paling sibuk kedai adalah saat makan siang, yakni mulai jam 11.00 sampai 14.00 siang. Banyak karyawan di sekitar Slipi, Petamburan, dan Tanah Abang menyerbu kedainya. Sementara, saat malam menjelang atau jam 19.00 sampai 20.00, kedai juga ramai. “Banyak karyawan mampir sebelum pulang,” cetus Budi.
Saat malam sampai dini hari, kedai menjadi langganan orang-orang yang suka melek sampai menjelang subuh.
Budi tak khawatir bakal kekurangan pasokan daging atau jeroan yang menjadi andalan dagangannya. Pemasok di bilangan Tanah Abang siap memenuhi kebutuhan kedai. “Bahan dijamin fresh dan pilihan, lo,” ujar dia berpromosi.
Hantaman krisis nyatanya ikut dirasakan Budi. “Ada penurunan pengunjung sekitar 30%,” ujar Budi yang tak mau menyebutkan jumlah pengunjung. Yang pasti, sepanjang hari, Budi menandaskan daging sapi sampai 30 kg. Omzet harian yang masuk ke kantong Budi sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Kalau dipotong dengan ongkos produksi Rp 2,5 juta per hari, uang masuk ke kantong Budi tinggal Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. “Itu belum termasuk untuk gaji karyawan, lo,” ujar Budi buru-buru.
Mungilnya omzet lantaran banderolan harga menu di kedai ini tergolong murah. Sepotong daging dengan ukuran dua jempol jari Rp 2.000. Pun begitu dengan jeroan. Satu paket lengkap dengan nasi hanya seharga Rp 13.000.
Sayangnya, dengan waktu buka tak terbatas, Budi hanya menyediakan satu menu: soto betawi. Minumannya pun tak banyak pilihan. Hanya ada teh dan jeruk. Toh, kedai ini telah bertahan sampai 40 tahun!
ALAMAT 'SOTO UMAR IDRIS':
Jl. KS Tubun 15 B Jakarta Pusat
Ph: 021 - 5367982
Sumber : umar idris-weekend.kontan.co.id
Lihat juga:
Wine
Sate
Dim Sum, tempting
Dim Sum is a small food and cooked with fried or boiled. Usually the menus were presented in a round container made from bamboo. There is a wide selection of Dim Sum menu provided in the restaurant Ping, one of which is egado, Dim Sum contains chicken and quail eggs wrapped in leather knows.
Its texture is soft and tender when eaten. Egado will be more delicious if eaten with chilli sauce. In addition there are also hakao egado containing shrimp. Peeled shrimp mixed with corn starch, sesame oil, a little MSG, chicken flour, plus salt, pepper, and sugar.
The mixture was then wrapped in leather made from sago flour dough, tang mien flour, vegetable oil and then steamed. Leather wear sago hakao Hong Kong which is more finely textured than local sago.
"If local sago making Dim Sum dry and harden quickly," said Kardiman, Ping restaurant's head chef. There is also deep-fried dumplings, shrimp dim sum are rambutan. Finely chopped shrimp and then inserted into the skin and fried dumpling until bloom.
If consumers are still curious about the menu-style restaurants Dim Sum Ping, can select the form Dim Sum bapau, namely bapau Tausa content. Bapau small size it contains a red bean-paste and given sugar. Dim Sum is usually associated with the older tradition of yum cha (tea ceremony).
The tradition was originally done by the traders who traveled along the Silk Road. They need a place to rest along the route. Teahouses were established along the roadside.
Not only traders, farmers, exhausted after working hard in the fields also will go to the tea shop to relax in the afternoon. At first, drinking tea should be separate and there should be no other food.
It relates to the Chinese people's confidence, their weight will increase if there is another menu that is consumed in addition to tea. However, upon discovery of tea to help digestion, the teahouse owners began to serve a variety of snacks as dishes that accompany the tea.
Dim Sum which means touching it came from the Canton region, southern China. Dim Sum all that has changed the tradition of yum cha, from activities that are rigid to be relaxed to share stories and experiences. In Hong Kong and most cities in Guangdong Province, China, many restaurants that serve Dim Sum visitors since 05.00.
Not surprisingly, Dim Sum, a tradition for parents on the morning after their exercise. Not infrequently they also enjoy a Dim Sum while reading the morning paper. Most restaurants only serve Dim Sum Dim Sum menus until mid-afternoon.
At night the menu was changed to Cantonese cuisine. In Hong Kong and China, Dim Sum, which was initially only a light meal or snack is now a staple food that is present in the culture of eating. In the Bamboo Curtain country health officials criticized the high amount of saturated fat and sodium that is contained in some Dim Sum dishes.
According to them, with steamed Dim Sum does not mean automatically considered a healthy food. Therefore, China's health officials recommend people to balance the fatty foods with vegetables boiled, without including the sauce.
wan/L-2
Source: newspaper-jakarta.com
See also:
Sushi
Burger King
Its texture is soft and tender when eaten. Egado will be more delicious if eaten with chilli sauce. In addition there are also hakao egado containing shrimp. Peeled shrimp mixed with corn starch, sesame oil, a little MSG, chicken flour, plus salt, pepper, and sugar.
The mixture was then wrapped in leather made from sago flour dough, tang mien flour, vegetable oil and then steamed. Leather wear sago hakao Hong Kong which is more finely textured than local sago.
"If local sago making Dim Sum dry and harden quickly," said Kardiman, Ping restaurant's head chef. There is also deep-fried dumplings, shrimp dim sum are rambutan. Finely chopped shrimp and then inserted into the skin and fried dumpling until bloom.
If consumers are still curious about the menu-style restaurants Dim Sum Ping, can select the form Dim Sum bapau, namely bapau Tausa content. Bapau small size it contains a red bean-paste and given sugar. Dim Sum is usually associated with the older tradition of yum cha (tea ceremony).
The tradition was originally done by the traders who traveled along the Silk Road. They need a place to rest along the route. Teahouses were established along the roadside.
Not only traders, farmers, exhausted after working hard in the fields also will go to the tea shop to relax in the afternoon. At first, drinking tea should be separate and there should be no other food.
It relates to the Chinese people's confidence, their weight will increase if there is another menu that is consumed in addition to tea. However, upon discovery of tea to help digestion, the teahouse owners began to serve a variety of snacks as dishes that accompany the tea.
Dim Sum which means touching it came from the Canton region, southern China. Dim Sum all that has changed the tradition of yum cha, from activities that are rigid to be relaxed to share stories and experiences. In Hong Kong and most cities in Guangdong Province, China, many restaurants that serve Dim Sum visitors since 05.00.
Not surprisingly, Dim Sum, a tradition for parents on the morning after their exercise. Not infrequently they also enjoy a Dim Sum while reading the morning paper. Most restaurants only serve Dim Sum Dim Sum menus until mid-afternoon.
At night the menu was changed to Cantonese cuisine. In Hong Kong and China, Dim Sum, which was initially only a light meal or snack is now a staple food that is present in the culture of eating. In the Bamboo Curtain country health officials criticized the high amount of saturated fat and sodium that is contained in some Dim Sum dishes.
According to them, with steamed Dim Sum does not mean automatically considered a healthy food. Therefore, China's health officials recommend people to balance the fatty foods with vegetables boiled, without including the sauce.
wan/L-2
Source: newspaper-jakarta.com
See also:
Sushi
Burger King
Langganan:
Postingan (Atom)